Sabtu, Mei 30, 2009

Akubra, Topi Woll Dari Australia Ternyata Bukan Dari Biri-biri


Yang pernah menonton film kocak Crocodile Dundee mungkin ingat tokoh utamanya kerap memakai topi koboi, atau topi Jendral Peter Cosgroove sebagai pemimpin besar pasukan Interfet yang meluruk dengan bala tentaranya ke Timor Leste saat terjadi gonjang ganjing di bumi Lorosae tersebut. akubra hat

Orang melihat topi ini sebagai "Akubra"- tentunya berasal dari bahasa Aborijin yang artinya penutup kepala, namun sekarang sudah dipelesetkan menjadi "topi nasional Australia.." - mungkin kuatir kecolongan dengan saudara serumpun kita Malaysia buru-buru memproklamirkan sebagai topi aseli Malaysia.

Lantas bagaimana duduk perkaranya sampai sebuah topi bisa menjadi ikon Australia semua tak lepas dari jasa pak Benjamin Dunkerly seorang bubuti (mencukur) kulit binatang yang pada tahun 1874 tiba di Tassie.

Topi buatan mereka ternyata digemari si Australia sehingga untuk lebih nampak Australia banget gitu loh pada 1912 ia mengubah nama perusahaannya dari Dunkery Hat Mills menjadi "Akubra".

Akubra sendiri bahan dasarnya adalah bulu kelinci yang diproses menjadi semacam bubur. Tetapi bagaimana sampai dari bulu berubah bentuk topi seperti sekarang, kita berbicara proses dua minggu untuk sebuah proses yang rumit.

Di sebuah pabrik yang panas, dengan bulu kelinci berterbangan serta berisik di kawasan Kempsey New South Wales, Simone menceritakan pengalamannya meninjau pabrik yang sangat tertutup untuk dikunjungi orang. Maklum kalau tidak waspada, di antara orang datang mengunjungi, ada para spyhat datang mengorek rahasia pabrik dan sebentar saja para penjiplak sudah bertebaran dan bersaing dengan harga yang biasanya lebih miring.

Per minggu dibutuhkan sekitar 70.000 kulit kelinci sebagai bahan bakunya. Setelah disortasi, bulu-bulu ini dicukur lalu dijepit di antara dua roler besar menjadi semacam selimut bulu.

Selimut ini kemudian masuk alat cetak yang bentuknya seperti kerucut. Saat keluar dari cetakan ukurannya 3 kali besarnya dari topi yang sudah siap. Tentu karena topi harus dipres dan dipres lagi agar ikatannya menjadi kuat sehingga terjadi penyusutan pada bahan topi.

Setelah masuk proses pemberian warna, topi direndam cairan sirlak dan bentuknya masih lucu mirip topi para peri dalam cerita Putri Salju.

Topi lalu dimasukkan oven untuk dipanaskan dan dicetak lagi sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Semua proses ini membutuhkan waktu minimal selama dua minggu.

Sebetulnya dengan kemajuan mesin tekan dan oven seperti saat ini, perusahaan Akubra mudah saja mempercepat proses modernisasi. Ternyata pemiliknya tetap bertahan dengan prinsip bahwa manusia yang selama ini bekerja dengan mereka adalah aset (betulan bukan lip service) sehingga tidak perlu digantikan dengan mesin.

Akibatnya orang Australia yang mengenakan Akubtra merasa berjasa pula melangsungkan hajat hidup orang banyak.

Akhirnya AKubra menjadi "dinki-di" alias ikon Australia sampai-sampai prajurit Australia "digger" dijaman perang dunia I lebih suka memakai Akubra ketimbang topi baja. Pada Olimpiade 1956, Akubra menjadi topi resmi para atlet Olimpiade tersebut.

0 komentar:

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com